Rabu, 01 Februari 2012

Natura Resort and Spa - Ubud Bali

Kolam yang menjorok ke tebing curam
Pagi sekali kami berangkat dari Hotel menuju "Natura resort and spa",salah satu karya terkenal dan banyak menerima penghargaan,yang di desain oleh Popo Danes yang sebelumnya telah menyambut kita dan mau berbagi pengalaman desain nya di bali,kawasan tersebut terletak di ubud bali,sebuah kawasan pegunungan dan lereng yang curam,sehingga bis yang membawa 50 penumpang hanya sanggup mengantarkan kami di sebuah pasar traditional,kami melanjutkan nya dengan menaiki sebuah mini bis...

Hal seru dari perjalanan sebelum menuju "natura" ini adalah,kami semua harus berteriak2 histeris~! sebab jalan yang dilalui begitu curam dan berkelok-kelok serta sempit,tapi semua terbayar setelah kami sampai di "natura",sebuah kawasan penginapan yang begitu sejuk,unik karna berada di tebing curam yang menghadap pegunungan serta aliran arus sungai yang memberi senssasi menyatu dengan alam,bayangkan anda dapat beristirahat dan Spa sambil memandang pegunungan yang indah dan terdapat sebuah pura milik warga di sana,bersantai dan mendengarkan gemuruh air sungai memberikan sensasi traphy dan pikiran,menenangkan jiwa,sebuah pengalaman yang berharga di bali dapat mengunjungi "Natura Resort and Spa"

Natura Resort & Spa menyediakan empat belas villa bali tradisional, dengan kontur tanah. Semua hunian sengaja didesain untuk menyatu dengan alam sekitar, dengan pemeliharaan flora, satwa dan menjaga keaslian sungai di sekitar empat belas villa mewah ini. Terletak 3 km, di timur laut dari pusat Ubud, tempat ini dekat dengan pusat seni dan budaya Bali, yaitu di desa tradisional Laplapan. Perpaduan konsep hunian dengan sadar lingkungan dihadirkan di tempat tinggal anda ini.

Fasilitas & Layanan:

  • Kolam renang dan sundeck
  • Sauna
  • Jacuzzi
  • Restaurant & Bar
  • Spa tradisional di tepi sungai
  • Binatu & pengeringan
  • Butik dan perpustakaan
  • Layanan Villa 24 jam layanan
  • Setrika di masing-masing villa
  • Ruang Konferensi
  • Transfer Bandara
  • Layangan antar-jemput gratis ke Ubud
  • Layanan Dokter panggil 24 jam
  • Satelit / TV kabel dan sistem audio
Teman-teman serta dosen mencoba Jacuzzi
Sekilas tentang "Natura Resort and Spa"

 Popo Danes dengan karyanya, Natura Resor and Spa, menjadi pemenang pertama untuk kategori bangunan tropis. Kemenangannya ini juga berarti mengalahkan beberapa bangunan terkemuka di ASEAN termasuk Esplanade Theatre, bangunan kebanggaan Singapura, yang harus cukup puas mendapatkan penghargaan special admission.

Bukan hal yang tidak disengaja apabila sembilan tahun yang lalu, yaitu pada saat perencanaan awal bangunan resor ini, Popo memang memperhitungkan betul penggunaan energi yang otomatis akan menjadi running cost reguler yang cukup besar. Resor yang berada di Desa Laplapan Petulu, Ubud, dengan luas tanah 1,7 hektar ia rancang menjadi bangunan penginapan berupa 14 compound villa yang tiap-tiap vilanya memiliki kolam tersendiri. Selain itu, resor ini juga dilengkapi fasilitas lain, seperti sebuah restoran, kolam renang bersama, serta spa. Total luas bangunannya adalah sekitar 7.250 meter persegi atau sekitar 26 persen dari 30 persen koefisien bangunan yang diizinkan di kawasan ini.

Untuk menyiasati pengeluaran energi yang besar, Popo berusaha menciptakan bangunan yang secara optimal dapat menggunakan potensi alam sebagai solusi masalah energi. Caranya adalah dengan membuat bangunan yang berbasis pada konsep arsitektur tropis yang bersahabat dengan iklim lokal yang panas dan lembab. Pertama dengan membuat lay out bangunan yang menyebar di dalam tapak. Bangunan kecil-kecil dan menyebar ini membuat tiap-tiap bangunan dapat "bernapas" dengan leluasa. Kemudian juga diciptakan bukaan-bukaan berupa jendela dan pintu yang besar-besar di sekeliling bangunan agar terjadi ventilasi silang. Jendela besar ini juga memasukkan sinar matahari sehingga ruang tidak memerlukan penerangan buatan di siang hari.
Masih sempat2 nya berfoto sambil menuruni tebing

SELAIN konsep bangunan berarsitektur tropis, Popo di sini juga mencoba mempertahankan alam semaksimal mungkin. Kondisi tanah lembah curam yang selayaknya menyulitkan perancangan arsitektur tidak ia ratakan untuk mendapatkan tanah datar secara instan, melainkan dipertahankan dengan membuat bangunan berkonstruksi panggung dengan lantai yang melayang atau tidak menyentuh tanah. Dengan cara ini, permukaan tanah di bawah bangunan masih dapat menyerap air dengan baik. Tumbuh-tumbuhan juga tetap dipertahankan keberadaannya, dan bangunan dirancang di sela-sela pohon yang ada. Selain mempertahankan vegetasi, cara ini juga membuat pohon berfungsi sebagai "payung alam" yang melindungi bangunan dari terik sinar matahari sehingga ruang interior menjadi sejuk karena selalu terlindung di bawah daun-daun yang rindang.

Hal ini jugalah yang membuat resor ini tidak lagi memerlukan pengatur suhu udara yang berlebihan, bahkan sebagian besar ruang di dalam hotel resor tidak menggunakan AC, termasuk bangunan restoran, koridor, spa, dan bale-bale vila. Satu-satunya ruang yang menggunakan AC hanyalah kamar-kamar tidur, sehingga total bangunan yang menggunakan AC hanya 915 meter persegi atau 34,5 persen saja.

Untuk keperluan penyediaan air panas, resor ini menggunakan gas. Tenaga gas ini jauh lebih cepat memanaskan air serta menghemat tenaga listrik. Di sini, masing-masing unit vila juga memiliki sistem listrik terpisah dan hanya dihidupkan hanya apabila vila-vila terisi oleh tamu sehingga lebih menghemat energi.

Teman2 bersama mba Pinky menuruni turunan tangga menuju tempat SPA
Selain desain, material pun dipilih yang dapat menunjang konsep hemat energi tadi. Bahan-bahan alam yang didapat dari sumber lokal digunakan seperti kayu dan alang-alang. Atap alang-alang yang tebalnya 30 cm ini juga berfungsi sebagai penahan panas. Sedangkan kantilever atau overstek atap berfungsi sebagai pelindung dinding bangunan terhadap matahari. Dinding batu bata juga mampu mengurangi panas sebanyak 20 persen sehingga interior dapat terasa lebih sejuk. Desain, penggunaan material, dan konsep perlindungan alam ini tampaknya sederhana, namun implementasinya sungguh luar biasa. Bangunan ini mampu menghemat begitu banyak energi sekaligus mempertahankan kondisi lingkungan. Sungguh langkah yang bijak apabila hal ini bisa diikuti oleh arsitek-arsitek kita yang lain.

Sepulang dari perjalanan Dosen KKL kami ibu Lyla memberi tugas untuk kami,mendata dan menyimpulkan hasil desain POPO DANES yang baru saja kami kunjunggi yaitu "Natura"(walau pun sebenarnya kami sangat cape sekali :( )
Hasil Sketsa Teman-Teman:

Sketsa Kontur Natura Resort & Spa
Sketsa Site






created by : Haryo Priyonggo Putro (H1B109064)
link : http://my.opera.com/evolvering/blog/index.dml/tag/energy
http://www.ayokebali.com/index.php/product/overview/50/Natura-Resort---Spa


DESA ADAT PENGLIPURAN

Di tengah derasnya pertumbuhan pariwisata dan perkembangan perkotaan, suatu daerah di Bali, sebuah pemukiman mampu mempertahankan tradisi berumur ratusan tahun untuk hidup berdampingan dengan gemerlap dunia modern. Itulah Desa Adat Penglipuran.
Desa adat Penglipuran tepatnya berada di Kelurahan Kubu Kabupaten Bangli/ kurang lebih 45 km dari kota Denpasar. Apabila ditempuh dengan kendaraan bermotor akan menempuh  kurang lebih satu jam perjalanan. Terletak di ketinggian 700 diatas permukaan laut,  menjadikan udara di desa adat penglipuran tergolong dingin. Keasrian desa adat penglipuran dapat dirasakan mulai dari memasuki kawasan pradesa. Balai masyarakat dan fasilitas kemasyarakatan serta ruang terbuka pertamanan,  semakin menambah keaslian alam pedesaan.  Desa Adat Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari  struktur desa tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah pedesaan yang asri.  Penataan fisik dan struktur desa,  tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun. 
 Selain suasana pertamanan yang asri tetapi juga sangat ramahnya penduduk desa terhadap tamu yang datang. Banyak wisatawan yang datang dapat menikmati suasana desa dan masuk kerumah mereka untuk melihat kerajinan – kerajinan yang penduduk desa buat. Sehingga untuk tinggal berlama lama disini sangatlah menyenangkan.
Desa Adat Penglipuran ini termasuk desa yang banyak melakukan acara ritual, sehingga banyak sekali acara yang diadakan didesa ini seperti pemasangan dan penurunan odalan, Galungan, dll. Memang saat yang sangat tepat untuk datang ke desa ini adalah pada acara tersebut berlangsung, sehingga kita dapat melihat langsung keunikan dan kekhasan dari Desa Penglipuran ini.
Sangat unik mungkin itu kata yang paling tepat untuk Desa Adat Penglipuran. Corak pintu gerbangnya atau yang disebut dengan “angkul angkul” terlihat seragam satu sama lainnya. Penampilan fisik desa adat juga sangat khas dan indah.  Jalan utama desa adat berupa jalan sempit yang lurus dan berundag-undag. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh Desa Adat Penglipuran  adalah adatnya yang unik serta tingginya frekuensi upacara adat dan keagamaan. 
Meski Desa Adat Penglipuran saat ini sudah tersentuh modernisasi yakni perubahan kearah kemajuan namun tata letak perumahan di masing masing keluarga tetap menganut falsafah Tri Hita Karana. 

  

Desa Adat Penglipuran sudah ada sejak 700-an tahun yang lalu, yaitu pada zaman kerajaan Bangli. Penduduk dari daerah Bayung Gede di Kintamani pindah ke tempat desa ini berada sekarang. Kata penglipuran berasal dari kata penglipur yang artinya penghibur,  karena semenjak jaman kerajaan , tempat ini adalah salah satu tempat yang bagus untuk peristirahatan. 
Selain itu,  menurut masyarakat kata penglipuran juga dipercaya berasal dari kata Pengeling Pura yang berarti sebagai tempat yang suci untuk mengingat para leluhur. 
Segala pengembangan fisik desa dan pengembangan budayanya masih mengacu pada tanah leluhur yang masih ada di Bayung. Bahkan untuk berbagai upacara adat tertentu masih harus memohon restu ke tanah leluhur tersebut.
Dan masyarakat Desa Adat Penglipuran percaya bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani. Dilihat dari segi tradisi, desa adat ini menggunakan sistem pemerintahan hulu apad. Pemerintahan desa adatnya terdiri dari prajuru hulu apad dan prajuru adapt. Prajuruhulu apad terdiri dari jero kubayan, jero kubahu,  jero singgukan,  jero cacar,  jero balung dan jero pati.  Prajuru hulu apad otomatis dijabat oleh mereka yang paling senior dilihat dari usia perkawinan tetapi yang belum ngelad. Ngelad atau pensiun terjadi bila semua anak sudah kawin atau salah seorang cucunya telah kawin.  Mereka yang baru kawin duduk pada posisi yang paling bawah dalam tangga keanggotaan desa adapt. Menyusuri jalan utama desa kearah selatan anda akan menjumpai sebuah tugu pahlawan yang tertata dengan rapi. Tugu  ini dibangun untuk memperingati serta mengenang jasa kepahlawanan Anak Agung Gede Anom Mudita atau yang lebih dikenal dengan nama kapten Mudita.Anak Agung Gde Anom Mudita,  gugur melawan penjajah Belanda pada tanggal 20 November 1947. Taman Pahlawan ini dibangun oleh masyarakat Desa Adat Penglipuran sebagai wujud bakti dan hormat mereka kepada sang pejuang.Bersama segenap rakyat Bangli,  Kapten Mudita berjuang tanpa pamrih demi martabat dan harga diri bangsa sampai titik darah penghabisan. 
Desa ini menganut tata ruang dengan konsep trimandala,  dibagi ke dalam tiga ruang yang berbeda secara fungsi dan tingkat kesucian, yaitu utama, madya, dan nista. Letak ketiga ruang ini membujur dari utara (gunung) ke selatan (laut), dengan jalan desa lurus berundak sebagai poros tengah, memisahkan  ruang madya  menjadi dua bagian.
 

Sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, serta manusia dengan Tuhan. 
Generasi muda Penglipuran yang hampir seluruhnya menikmati pendidikan formal mulai dari SD hingga perguruan tinggi,  tetap melestarikan tradisi yang mereka warisi dari para leluhurnya. Bangunan suci yang terletak di hulu,  perumahan di tengah  dan lahan usaha tani di pinggir atau hilir. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan kini mereka mulai beralih ke usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Dengan memanfaatkan bambu sebagai bahan bakunya/menjadikan desa penglipuran sebagai komunitas yang unik diantara kemajuan pulau dewata yang semakin pesat. 

Created by : AMALIA ZULFIA NALIDA (H1B109062)