Senin, 30 Januari 2012

GREEN SCHOOL, Bali, Indonesia






Green School berlokasi di Banjar Saren, Desa Sibang Kaja, Abiansemal, Badung. sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Denpasar.
Sekolah ini digagas oleh John Hardy, pengusaha perak asal Kanada yang juga pendiri Yayasan Kulkul, yang telah tinggal di Bali selama lebih dari 30 tahun. John Hardy menjelaskan bahwa ide dasar pembangunan sekolah di atas areal seluas 8 hektar itu adalah untuk menerapkan ajaran Trihita Karana. Oleh karena itu, tidak ada bahan buatan pabrik atau zat kimia yang dipergunakan di sekolah ini. 



Green School dibuka 1 September 2008, dan diresmikan pada Mei 2009. Saat ini kapasitas 700 orang. Jenjang pendidikan mulai Taman Bermain (Play Group), TK, SD, hingga SLTP. Kurikulum pendidikan dirancang berstandar internasional dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Pengajar berasal dari luar dan dalam negeri dengan guru utama ekspatriat. Waktu belajar mulai jam 08.30 – 15.00 dan hari Sabtu libur. Dari 130 siswa saat ini, 18 orang di antaranya adalah siswa lokal. Siswa lokal ini dipilih dari anak-anak yang memiliki ketrampilan khusus seperti menari, melukis, atau lainnya. Mereka dibiayai dengan beasiswa yang sponsornya dicari pihak Yayasan.

Green School adalah konsep pendidikan yang digabungkan dengan konsep lingkungan sehingga akan menciptakan lingkungan yang sehat. Konsep hijau pada sebuah sekolah bukan lagi sebuah tren, tetapi sebuah metode yang menyediakan gaya hidup sehat, suasana yang nyaman, dan produktif mempelajari lingkungan sembari menyelamatkan energi, sumber daya alam, dan tentu saja uang. Sustainability adalah satu konten yang memiliki arti adanya “keberlanjutan”. Artinya, sebisa mungkin apa yang kita perbuat dan produksi  di atas muka bumi ini, dapat menjadi kontinuitas yang baik untuk diturunkan kepada generasi penerus kita di masa depan. 

Green School menyediakan fasilitas yang ramah lingkungan, menyegarkan, menyehatkan, penyediaan transportasi alternatif, tempat rekreasi pilihan, dan kesempatan bagi para pelajarnya. Keuntungannya sudah jelas, yaitu mengurangi gas-gas berbahaya bagi atmosfer, meningkatkan kemampuan belajar para siswa, meningkatkan kesehatan para siswa seperti menghindarkan penyakit diabetes, asma, atau penyakit pernapasan lainnya, meningkatkan kepekaan sosial, dan lain-lain.

Sekolah ini memberikan siswanya pendidikan tentang lingkungan yang menakjubkan dan memberikan kita pengertian bahwa hidup ini adalah holistik dan disini juga diberikan pendidikan yang relevan. Bangunannya, hanya menggunakan bambu, rumput gajah dan tanah liat. Semen yang digunakan hanya di beberapa tempat di yayasan. Pusat dan bangunan yang paling penting adalah “jantung dari sekolah”. Sekolah ini mungkin merupakan bangunan terbesar di dunia yang  dibangun seluruhnya berbahan bambu. Dimensi nya adalah 18 meter dan tingginya 64 meter. Area umum sekolah mencakup berbagai struktur: bangunan apartemen, ruang kelas, gedung perkantoran, dan kafe. Sekolah mendapat listrik dari sumber energi yang ramah lingkungan: generator turbin hidrolik dan panel surya yang terpasang. Tampaknya mengingat cara kita mencemari bumi, setiap orang harus berkunjung ke sekolah ini.

Bahan-bahan bangunan dipilih hampir seluruhnya dari bambu. Meja, kursi, rak, dan lemari tempat menyimpan buku yang digunakan sehari-hari oleh anak didik semuanya terbuat dari bambu. Sedangkan atap bangunan dibuat dari ilalang. Melihat hal tersebut, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa memasuki sekolah ini seperti memasuki sebuah kompleks bangunan megah yang semuanya terbuat dari bambu dan ilalang dengan bentuk yang sangat indah dan khas. Semua ruangan seperti ruang pertemuan, ruang makan, ruang serba guna dan kamar kecil menampilkan keharmonisan antara bangunan buatan manusia dengan alam sekitarnya.



Jalan setapak yang menghubungkan bangunan satu dengan lainnya tidak diaspal. Batu kali dan cadas dibiarkan apa adanya. Demikian juga ruang kelas, didesain sedemikian rupa sehingga anak didik menikmati pelajaran seperti belajar di alam terbuka. Tak ada sekat atau dinding beton seperti kebanyakan sekolah saat ini sehingga udara segar bebas mengalir. Oleh karena halaman sekolah sangat luas, Green School memanfaatkannya untuk bercocok tanam secara organik. Sawah dan ladang dikerjakan dengan cara membajak dengan tangan.mereka tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Persis seperti petani Bali tempo dulu. Tanaman yang dibudidayakan juga asli tanaman lokal seperti singkong, ketela rambat, pisang, talas, kelapa, padi, dan sebagainya. Hasil bercocok tanam itu dipanen untuk dinikmati bersama oleh murid, guru, dan pengelola sekolah. Sisanya dijual di kantin sekolah sebagai makanan ringan organik. Teh dan kopi yang dijual juga tidak menggunakan gula putih, melainkan gula merah dari nira kelapa.

Pendingin udaranya tidak lagi memakai Ac, melainkan kincir angin melalui terowongan bawah tanah. Tenaga listiknya menggunakan bio-gas yang terbuat dari kotoran hewan untuk menyalakan kompor. Tambak udang tempat budidaya, sekaligus peternakan sapi. Ditambah lagi arena olahraga, laboratorium, perpustakaan, dll.
Tenaga listriknya pun menggunakan energi listrik dari biogas yang berasal dari kotoran hewan, generator turbin air, serta panel surya. Di dalam areal kampus tersebut, mengalir Sungai Ayung yang gemercik airnya menjadi musik alami.
Bangunan ramah lingkungan pun umumnya menghemat penggunaan air. Suasananya akan lebih menyehatkan karena akan berpengaruh pada tingkat kelembapan udara, ventilasi, dan filtrasi udara.

Bangunan ramah lingkungan juga mengurangi sampah atau limbah yang ditimbulkan manusia. Hampir seluruh bahan bangunan yang digunakan berasal dari daur ulang yang memenuhi konsep penyelamatan lingkungan yang sederhana.

Yang pasti, bangunan ramah lingkungan ini berperan mengurangi emisi karbon. Bayangkan saja, dengan penggunaan panel surya, secara otomatis mengurangi tingkat penggunaan listrik yang dihasilkan pembangkit tenaga listrik. Sehingga, tak perlu lagi menggunakan bahan bakar yang banyak yang menghasilkan polusi udara.
Adapun implementasi arsitektural yang ada demi mengusung sustainability dan green architecture pada Green School Bali ini adalah :
  • Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik.
  • Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan mampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran. 
  • Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan hutan. 
  • Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala kompor dan sebagainya. 
  • Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya, sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan seumber energi elektrikal.
  • Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energi alami dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar. 

Secara umum, selain sebagai inovasi dalam sustainability architecture, Green School Bali ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal Bali sebagai inspirasi desain arsitekturalnya.

Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah unik yang satu ini. 
Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput gajah, dan tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan material alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini merupakan bentukan penting sebagai konsekuensi dari tema Sustainability terkait penyelamatan bumi tersebut. 





Green School dengan dua kurikulum ternamanya : Green Studies dan Creative Art. Dalam proses pengajarannya, mereka memiliki dua kontribusi penting : kesadaran akan lingkungan global serta perspektif khususnya mengenai isu-isu sosial dan budaya. Dengan kurikulum tersebut, diharapkan mampu memaksimalkan potensi anak-anak sehingga mereka bisa berpikir secara kreatif bagaimana menciptakan lingkungan yang optimum. Isu lingkungan adalah isu terbesar saat ini. Semua kurikulum bisa disinergikan dengan masalah lingkungan, dari matematika dan ilmu pasti sampai bahasa Inggris dan kesenian. Pendidikan lingkungan tidak hanya mengajarkan masalah lingkungan semata di dalam kelas, tetapi juga memberikan keberanian pada siswa untuk mengeksplorasi lingkugan yang ada di luar kelas. Perlu diketahui bahwa 40% dari peserta ‘Science Fair‘ selalu berhubungan dengan masalah lingkungan dan 50% beasiswa yang dikeluarkan oleh perusahaan nasional ditujukan pada masalah lingkungan. 















































Created By:
Novita Ratnasari (H1B109027) (Novitaratnasari_ars@yahoo.com)


Sumber & Referensi:
mas-zacky.blogspot.com/2011/12/green-school-bali.html
uniqpost.com/23439/asrinya-green-school-di-bali/
http://wiedesignarch.blogspot.com/2011/05/green-school-bali-arsitektur.html
www.griya-asri.com/2010/07/arsitektur-hijau-di-green-school-bali/
http://bangaswi.wordpress.com/2009/11/16/green-school-konsep-sekolah-masa-depan/
http://kaskushotthread.com/thread/the-green-school-bali-indonesia.html
http://peceltumpang.blogdetik.com/2012/01/14/membangun-dan-ramah-pada-lingkungan/



1 komentar: